Thearnoona

Pesan Dariku

Minggu Pertama

Fiksi = Pesan Dariku

Deru ombak laut dan kicauan burung terdengar begitu nyaring dan merdu, dengan ditemaninya hembusan angin khas lautan yang kini mulai menusuk kesetiap pori-pori keempat pria yang sedang duduk sembari membakar beberapa tusuk daging sate.

“Sumpah ya padahal kita baru sebulan gak kepantai tapi kok rasanya kayak udah setaun gitu” seru Kai yang kini tengah asik membolak balikkan sate yang dipanggangnya dengan bumbu khas buatan ibu haidar.

Tawa deep khas bapak-bapak dari Janu membuat ketiga temannya pun sontak tertawa bersama,

Menikmati pemandangan lautan yang asri dan bersih,

“Bang”

Keempat pria itu menoleh kesumber suara,

“Boleh duduk sini gak?”

Haidar, Janu dan kai sontak menoleh kearah sea yang membuat anak kecil berjenis kelamin perempuan itupun ikut menoleh kearah yang sama.

Dengan senyuman begitu manis, sea mengulurkan tangannya sebagai jawaban memperbolehkan sang adik untuk duduk bergabung bersama mereka. Janu yang semula tengah merokok spontan langsung mematikan rokoknya.

“Kok rokoknya dibuang bang?” Tanya anak itu dengan bijak

“Iya, soalnya ada adik kecil nanti disininya sakit” seru Kai sembari menunjuk kearah hidungnya

“Rasa rokok itu enak ya bang? Kok banyak orang yang suka ngerokok? Apa rasanya sama kayak coklat?” Tanyanya

“Adik namanya siapa?” Tanya sea

“Senjani bang”

“Senjani umur berapa udah sekolah?”

“Umur senjani 5 Tahun, Senjani belum sekolah kata ayah, ayah belum punya uang” jawabnya dengan santai

Keempat pria itu lantas saling bertatapan, dan bisa dipastikan mereka satu pemikiran.

“Abang-abang ini dari kota ya?”

“Bajunya bagus-bagus”

Sea yang mendengar pun seketika melihat pakaiannya yang tadi ditunjuk-tunjuk sang adik kecil.

“Bang, Senjani dulu juga sering main ke pantai sama ibu, kakak, ayah juga”

“Dulu ibu juga suka bakar ikan disini, terus Senjani dimarahin karena main nya kejauhan.. hehehehe”

“Hm terus, ibunya Senjani sama kakaknya mana? Kok gak bakar-bakar lagi?” Tanya Kai

“Ibu sama kakak pergi kesana” serunya sembari menunjuk kearah lautan lepas

“Ayah bilang, ibu sama kakak pergi keujung lautan buat ngasih kejutan buat Senjani kalau udah besar”

Minggu Pertama

Fiksi = Pesan Dariku

Deru ombak laut dan kicauan burung terdengar begitu nyaring dan merdu, dengan ditemaninya hembusan angin khas lautan yang kini mulai menusuk kesetiap pori-pori keempat pria yang sedang duduk sembari membakar beberapa tusuk daging sate.

“Sumpah ya padahal kita baru sebulan gak kepantai rasanya kayak udah setaun” seru Kai yang kini tengah asik membolak balikkan sate yang dipanggangnya dengan bumbu khas buatan ibu haidar.

Tawa deep khas bapak-bapak dari Janu membuat ketiga temannya pun sontak tertawa bersama,

Menikmati pemandangan lautan yang asri dan bersih,

“Bang”

Keempat pria itu menoleh kesumber suara,

“Boleh duduk sini gak?”

Haidar, Janu dan kai sontak menoleh kearah sea yang membuat anak kecil berjenis kelamin perempuan itupun menoleh.

Dengan senyuman begitu manis, sea mengulurkan tangannya sebagai jawaban memperbolehkan sang adik untuk duduk bergabung bersama mereka. Janu yang semua tengah merokok spontan langsung mematikan rokoknya karena dia menyadari bahwa asap rokok tidak baik untuk anak kecil.

“Kok rokoknya dibuang bang?” Tanya anak itu dengan bijak

“Iya, soalnya ada adik kecil nanti disininya sakit” seru Kai sembari menunjuk kearah hidungnya

Minggu Pertama

Fiksi = Pesan Dariku

Deru ombak laut dan kicauan burung terdengar begitu merdu ditemani dengan hembusan angin khas lautan yang kini mulai menusuk kesetiap pori-pori keempat pria yang sedang duduk sembari membakar beberapa tusuk daging sate.

“Sumpah ya padahal kita baru sebulan gak kepantai rasanya kayak udah setaun” seru Kai yang kini tengah asik membolak balikkan sate yang dipanggangnya dengan bumbu khas buatan ibu haidar.

Tawa deep khas bapak-bapak dari Janu membuat ketiga temannya pun sontak tertawa bersama,

Menikmati pemandangan lautan yang asri dan bersih,

“Bang”

Keempat pria itu menoleh kesumber suara,

“Boleh duduk sini gak?”

Haidar, Janu dan kai sontak menoleh kearah sea yang membuat anak kecil berjenis kelamin perempuan itupun menoleh.

Dengan senyuman begitu manis, sea mengulurkan tangannya sebagai jawaban memperbolehkan sang adik untuk duduk bergabung bersama mereka. Janu yang semua tengah merokok spontan langsung mematikan rokoknya karena dia menyadari bahwa asap rokok tidak baik untuk anak kecil.

“Kok rokoknya dibuang bang?” Tanya anak itu dengan bijak

“Iya, soalnya ada adik kecil nanti disininya sakit” seru Kai sembari menunjuk kearah hidungnya

Minggu Pertama

Fiksi = Pesan Dariku

Deru ombak laut dan kicauan burung terdengar begitu merdu ditemani dengan hembusan angin khas lautan yang kini mulai menusuk kesetiap pori-pori keempat pria yang sedang duduk sembari membakar beberapa tusuk daging sate.

“Sumpah ya padahal kita baru sebulan gak kepantai rasanya kayak udah setaun” seru Kai yang kini tengah asik membolak balikkan sate yang dipanggangnya dengan bumbu khas buatan ibu haidar.

Tawa deep khas bapak-bapak dari Janu membuat ketiga temannya pun sontak tertawa bersama,

Menikmati pemandangan lautan yang asri dan bersih,

“Bang”

Keempat pria itu menoleh kesumber suara,

“Boleh duduk sini gak?”

Haidar, Janu dan kai sontak menoleh kearah sea yang membuat anak kecil berjenis kelamin perempuan itupun menoleh.

Dengan senyuman begitu manis, sea mengulurkan tangannya sebagai jawaban memperbolehkan sang adik untuk duduk bergabung bersama mereka. Janu yang semua tengah merokok spontan langsung mematikan rokoknya karena dia menyadari bahwa asap rokok tidak baik untuk anak kecil.

“Kok rokoknya dibuang bang?” Tanya anak itu dengan bijak

“Iya, soalnya ada adik kecil nanti disininya sakit” seru Kai sembari menunjuk kearah hidungnya

Minggu Pertama

Fiksi = Pesan Dariku

Deru ombak laut dan kicauan burung terdengar begitu merdu ditemani dengan hembusan angin khas lautan yang kini mulai menusuk kesetiap pori-pori keempat pria yang sedang duduk sembari membakar beberapa tusuk daging sate.

“Sumpah ya padahal kita baru sebulan gak kepantai rasanya kayak udah setaun” seru Kai yang kini tengah asik membolak balikkan sate yang dipanggangnya dengan bumbu khas buatan ibu haidar.

Tawa deep khas bapak-bapak dari Janu membuat ketiga temannya pun sontak tertawa bersama,

Menikmati pemandangan lautan yang asri dan bersih,

“Bang”

Keempat pria itu menoleh kesumber suara,

“Boleh duduk sini gak?”

Haidar, Janu dan kai sontak menoleh kearah sea yang membuat anak kecil berjenis kelamin perempuan itupun menoleh.

Dengan senyuman begitu manis, sea mengulurkan tangannya sebagai jawaban memperbolehkan sang adik untuk duduk bergabung bersama mereka. Janu yang semua tengah merokok spontan langsung mematikan rokoknya karena dia menyadari bahwa asap rokok tidak baik untuk anak kecil.

“Kok rokoknya dibuang bang?” Tanya anak itu dengan bijak

“Iya, soalnya ada adik kecil nanti disininya sakit” seru Kai sembari menunjuk kearah hidungnya

Fiksi = Pesan Dariku

Deru ombak laut dan kicauan burung terdengar begitu merdu ditemani dengan hembusan angin khas lautan yang kini mulai menusuk kesetiap pori-pori keempat pria yang sedang duduk sembari membakar beberapa tusuk daging sate.

“Sumpah ya padahal kita baru sebulan gak kepantai rasanya kayak udah setaun” seru Kai yang kini tengah asik membolak balikkan sate yang dipanggangnya dengan bumbu khas buatan ibu haidar.

Tawa deep khas bapak-bapak dari Janu membuat ketiga temannya pun sontak tertawa bersama,

Menikmati pemandangan lautan yang asri dan bersih,

“Bang”

Keempat pria itu menoleh kesumber suara,

“Boleh duduk sini gak?”

Haidar, Janu dan kai sontak menoleh kearah sea yang membuat anak kecil berjenis kelamin perempuan itupun menoleh.

Dengan senyuman begitu manis, sea mengulurkan tangannya sebagai jawaban memperbolehkan sang adik untuk duduk bergabung bersama mereka. Janu yang semua tengah merokok spontan langsung mematikan rokoknya karena dia menyadari bahwa asap rokok tidak baik untuk anak kecil.

“Kok rokoknya dibuang bang?” Tanya anak itu dengan bijak

“Iya, soalnya ada adik kecil nanti disininya sakit” seru Kai sembari menunjuk kearah hidungnya

Pesan Dariku

Deru ombak laut dan kicauan burung terdengar begitu merdu ditemani dengan hembusan angin khas lautan yang kini mulai menusuk kesetiap pori-pori keempat pria yang sedang duduk sembari membakar beberapa tusuk daging sate.

“Sumpah ya padahal kita baru sebulan gak kepantai rasanya kayak udah setaun” seru Kai yang kini tengah asik membolak balikkan sate yang dipanggangnya dengan bumbu khas buatan ibu haidar.

Tawa deep khas bapak-bapak dari Janu membuat ketiga temannya pun sontak tertawa bersama,

Menikmati pemandangan lautan yang asri dan bersih,

“Bang”

Keempat pria itu menoleh kesumber suara,

“Boleh duduk sini gak?”

Haidar, Janu dan kai sontak menoleh kearah sea yang membuat anak kecil berjenis kelamin perempuan itupun menoleh.

Dengan senyuman begitu manis, sea mengulurkan tangannya sebagai jawaban memperbolehkan sang adik untuk duduk bergabung bersama mereka. Janu yang semua tengah merokok spontan langsung mematikan rokoknya karena dia menyadari bahwa asap rokok tidak baik untuk anak kecil.

“Kok rokoknya dibuang bang?” Tanya anak itu dengan bijak

“Iya, soalnya ada adik kecil nanti disininya sakit” seru Kai sembari menunjuk kearah hidungnya

Pesan Dariku

Deru ombak laut dan kicauan burung terdengar begitu merdu ditemani dengan hembusan angin khas lautan yang kini mulai menusuk kesetiap pori-pori keempat pria yang sedang duduk sembari membakar beberapa tusuk daging sate sembari bersenda gurau.

“Sumpah ya padahal kita baru sebulan gak kepantai rasanya kayak udah setaun” seru Kai yang kini tengah asik membolak balikkan sate yang dipanggangnya dengan bumbu khas buatan ibu haidar.

Pesan Dariku

Matahari terbenam membuat suasana lautan kini tampak mulai sunyi dan dingin

Pesan Dariku