Thearnoona

Pesan Dariku

Tidak ada yang tau

Fiksi = Pesan Dariku

Melewati jalanan yang berliku-liku, menghabiskan waktu berjam-jam kini Sea, Haidar, Janu dan Kai tengah menikmati pemandangan lautan lepas.

“Wah gilak, pemandangannya indah banget” seru Haidar

“Udah lama banget kita gak kepantai gini ya” balas Janu

Sea berjalan kesalah satu batu dan duduk disana, sedangkan kai kini sibuk mengabadikan momen dan membantu kedua temannya berfoto.

Angin khas laut kini menyusup masuk kedalam tubuhnya, entah bagaimana bisa, tubuhnya kini tidak begitu ramah lagi dengan angin laut. Melihat hempasan air laut yang terus menghantam batu karang sea hanya terlihat menatap dengan tatapan berbinar.

“Lihat nak, mamah Nemu kerang ini nak” seru sang ibu

“Mah, ini kerangnya kenapa kayak kayu?” Balas anak kecil tersebut

“Ini namanya kerang bambu”

“Sayang liat sini deh, aku Nemu ubur-ubur nih liat” teriak pria yang diketahui adalah ayahnya

Ibu dan anak itu berlari ketepi laut dan melihat ubur-ubur yang kini tengah dipegang sang ayah, suara tawa dan hempasan ombak menambah suasana hari itu semakin penuh warna.

“Nak, kalau kamu udah besar nanti jaga lautan ya” seru sang ibu

“Kenapa gitu? Kan disini udah ada penjaga pantai ma”

“Penjaga pantai hanya menjaga orang-orangnya saja, mama pengen kamu jadi dewa lautan seperti nama kamu sea jam—”

“Heh sea” panggil Kai

Apa yang tengah terlintas dibayangan sea seketika pudar setelah mendengar 3 bocah kusruk menghampirinya,

“Sea, lu mimisan lagi?” Tanya Haidar

“Hah? Gak kok” balas sea sembari memegangi hidungnya

“Terus ini apa bego” grutu Haidar

Janu berlari kemobil untuk mengambil kotak P3K sedangkan kai melepaskan jaket yang dikenakannya dan memasangkannya ketubuh sea,

“Ini” seru Janu memberikan kotak P3K

Haidar menyumbat hidung sea dengan kapas, lantas mencari daun sirih dipenduduk sekitar.

“Lo pucet banget sih, sakit apa gimana?” Tanya Janu

“Gak, gue gak sakit”

“Ini minum” seru Kai

“Gue gak papa, ini cuman capek aja mungkin”

Sea terus berusaha meyakinkan teman-temannya untuk tidak mengkhawatirkan keadaannya, iya memang akhir-akhir ini sea emang sering mimisan tanpa sebab. Dia sendiri pun gak tau apa penyebab dia bisa mimisan.

“Disini belum ada jaringan ya?” Tanya Haidar

“Ada kok” balas Janu

Mereka mulai menyalakan ponselnya yang sudah hampir 4 hari dimatikan.

“Tiketnya biar gue-”

“Udah gue pesen”potong sea diselasa-sela Kai akan berbicara

“Eh biji kecombrang, lu.. astaghfirullah, bisa gak sih sekali aja gitu jangan pakai duit lu sea” grutu Haidar

“Ayo berangkat” seru sea sembari berjalan kearah mobil dengan memegangi sebotol air mineral dan tisu dihidungnya

Haidar berlari menyusul sea, sedangkan Kai dan Janu berada dibelakang.

“Lu ngerasa aneh gak sih?” Tanya Janu

Kai tidak membalas, dan sibuk melihat foto dikameranya,

“Sea belakang ini kayaknya udah sering banget mimisan gak sih?”

“Hmm” balas Kai singkat

“Gue takut dia sakit tapi gak bilang ke kita”

“Ngaco lu, udah ayoo” balas Kai berusaha mengalihkan pembicaraan Janu

Kai berjalan kearah mobil dan terlihat sea tengah meneguk air mineral dengan wajah Pasih pucat.

“Bahkan gue sahabat lo dari kecil aja gak tau apa yang lagi lo sembunyikan sebenarnya sea” batin haidar

Sepanjang jalan menuju ke bandara, mereka semua hanya diam dan sea menatap kearah lautan luas yang kini mewarnai perjalanannya.

Banyak bayangan yang terus terlintas didepannya setiap kali melihat lautan, bahkan sea tidak punya alasan untuk membenci lautan walaupun terus memberikan nya sebuah kenangan.

“Tidak ada yang tau tentangku tapi lautan tau ceritaku” serunya dalam hati

Langit yang semula berwarna jingga kini pun berubah menjadi berwarna abu-abu, berhenti disalah satu masjid keempat pria dengan sarung dibahunya kini berjalan masuk.

Tidak sedikit dari warga sekitar memperhatikan mereka, dengan rupa yang tampan, bergaya nan elok, bahkan mereka kagum dengan keramahan keempat pria tersebut.

“Udah ganteng ramah lagi ya buk” seru salah satu warga yang diikuti dengan anggukan.

Mereka duduk dan menunggu sejenak, sampai akhirnya mereka menjalankan ibadah magrib dengan khusyuk.

“Dari mana dik?”tanya salah satu bapak-bapak

“Dari desa seberang pak” balas sea yang kebetulan berada disamping bapak tersebut

“Sedang apa disana? Adik ini bukan orang asli sini kan?”

Mereka semua bergelang sembari melemparkan senyuman, bapak tersebut pun tertawa kecil,

“Adik-adik ini kalau mau basuh-basuh badan silahkan ya, bapak mau pergi dulu”

“Baik pak, terimakasih” balas sea

Mereka memutuskan berganti pakaian karena merasa tubuhnya sudah terasa cukup lengket.

“Lo ngapain?” tanya Haidar

Sea hanya tersenyum dan memasukkan amplop yang bisa dilihat cukup tebal kedalam kotak amal dimasjid tersebut.

“Buat mamah” balasnya dan menepuk bahu Haidar

“Emak lu pasti bangga banget punya anak kek elu sea” batinnya

“Oi sea minjem 100 dong” teriak Haidar

Tanpa berbicara apapun sea langsung mengeluarkan uangnya dari dompet dan menjulurkan nya ke Haidar,

“Bercanda doang, kalau jadi orang kaya emang gitu ya, sukak bingung ngabisin duit jadi gampang banget ngelepas duit ya?” Ujar haidar

“Duit gak ada artinya Dimata tuhan, duit banyak juga hisabnya banyak” balas sea

“Widih-widih pada bahas hisab nih, sementang dimasjid topiknya jadi akhirat” sahut Janu

Sea dan Kai tertawa kecil, sedangkan Haidar sibuk mengendus-endus badan Janu,

“Dih kek binatang lu” seru Janu sembari mendorong Kapala Haidar

“Wangi amat lu”

“Oh jelas kita harus wangi dimanapun berada dan disituasi apapun itu” jelasnya

“Najis” balas Haidar

Bak tom and Jerry mereka terus berkelahi setiap hari, tapi setiap hari juga mereka akan merasa kurang jika tidak saling bertemu.

Menghabiskan waktu diperjalanan memang melelahkan, dan kini mereka bisa menikmati pemandangan langit malam sembari berjalan pulang

-The Ar Noona

“Tidak ada yang tau tentang ku tapi lautan tau ceritaku” -Sea James William

Tidak ada yang tau

Fiksi = Pesan Dariku

Melewati jalanan yang berliku-liku, menghabiskan waktu berjam-jam kini Sea, Haidar, Janu dan Kai tengah menikmati pemandangan lautan lepas.

“Wah gilak, pemandangannya indah banget” seru Haidar

“Udah lama banget kita gak kepantai gini ya” balas Janu

Sea berjalan kesalah satu batu dan duduk disana, sedangkan kai kini sibuk mengabadikan momen dan membantu kedua temannya berfoto.

Angin khas laut kini menyusup masuk kedalam tubuhnya, entah bagaimana bisa, tubuhnya kini tidak begitu ramah lagi dengan angin laut. Melihat hempasan air laut yang terus menghantam batu karang sea hanya terlihat menatap dengan tatapan berbinar.

“Lihat nak, mamah Nemu kerang ini nak” seru sang ibu

“Mah, ini kerangnya kenapa kayak kayu?” Balas anak kecil tersebut

“Ini namanya kerang bambu”

“Sayang liat sini deh, aku Nemu ubur-ubur nih liat” teriak pria yang diketahui adalah ayahnya

Ibu dan anak itu berlari ketepi laut dan melihat ubur-ubur yang kini tengah dipegang sang ayah, suara tawa dan hempasan ombak menambah suasana hari itu semakin penuh warna.

“Nak, kalau kamu udah besar nanti jaga lautan ya” seru sang ibu

“Kenapa gitu? Kan disini udah ada penjaga pantai ma”

“Penjaga pantai hanya menjaga orang-orangnya saja, mama pengen kamu jadi dewa lautan seperti nama kamu sea jam—”

“Heh sea” panggil Kai

Apa yang tengah terlintas dibayangan sea seketika pudar setelah mendengar 3 bocah kusruk menghampirinya,

“Sea, lu mimisan lagi?” Tanya Haidar

“Hah? Gak kok” balas sea sembari memegangi hidungnya

“Terus ini apa bego” grutu Haidar

Janu berlari kemobil untuk mengambil kotak P3K sedangkan kai melepaskan jaket yang dikenakannya dan memasangkannya ketubuh sea,

“Ini” seru Janu memberikan kotak P3K

Haidar menyumbat hidung sea dengan kapas, lantas mencari daun sirih dipenduduk sekitar.

“Lo pucet banget sih, sakit apa gimana?” Tanya Janu

“Gak, gue gak sakit”

“Ini minum” seru Kai

“Gue gak papa, ini cuman capek aja mungkin”

Sea terus berusaha meyakinkan teman-temannya untuk tidak mengkhawatirkan keadaannya, iya memang akhir-akhir ini sea emang sering mimisan tanpa sebab. Dia sendiri pun gak tau apa penyebab dia bisa mimisan.

“Disini belum ada jaringan ya?” Tanya Haidar

“Ada kok” balas Janu

Mereka mulai menyalakan ponselnya yang sudah hampir 4 hari dimatikan.

“Tiketnya biar gue-”

“Udah gue pesen”potong sea diselasa-sela Kai akan berbicara

“Eh biji kecombrang, lu.. astaghfirullah, bisa gak sih sekali aja gitu jangan pakai duit lu sea” grutu Haidar

“Ayo berangkat” seru sea sembari berjalan kearah mobil dengan memegangi sebotol air mineral dan tisu dihidungnya

Haidar berlari menyusul sea, sedangkan Kai dan Janu berada dibelakang.

“Lu ngerasa aneh gak sih?” Tanya Janu

Kai tidak membalas, dan sibuk melihat foto dikameranya,

“Sea belakang ini kayaknya udah sering banget mimisan gak sih?”

“Hmm” balas Kai singkat

“Gue takut dia sakit tapi gak bilang ke kita”

“Ngaco lu, udah ayoo” balas Kai berusaha mengalihkan pembicaraan Janu

Kai berjalan kearah mobil dan terlihat sea tengah meneguk air mineral dengan wajah Pasih pucat.

“Bahkan gue sahabat lo dari kecil aja gak tau apa yang lagi lo sembunyikan sebenarnya sea” batin haidar

Sepanjang jalan menuju ke bandara, mereka semua hanya diam dan sea menatap kearah lautan luas yang kini mewarnai perjalanannya.

Banyak bayangan yang terus terlintas didepannya setiap kali melihat lautan, bahkan sea tidak punya alasan untuk membenci lautan walaupun terus memberikan nya sebuah kenangan.

“Tidak ada yang tau tentangku tapi lautan tau ceritaku” serunya dalam hati

Langit yang semula berwarna jingga kini pun berubah menjadi berwarna abu-abu, berhenti disalah satu masjid keempat pria dengan sarung dibahunya kini berjalan masuk kesalah satu masjid.

Tidak sedikit dari warga sekitar memperhatikan mereka, dengan rupa yang tampan, bergaya nan elok, bahkan mereka kagum dengan keramahan keempat pria tersebut.

“Udah ganteng ramah lagi ya buk” seru salah satu warga yang diikuti dengan anggukan.

Mereka duduk dan menunggu sejenak, sampai akhirnya mereka menjalankan ibadah magrib dengan khusyuk.

“Dari mana dik?”tanya salah satu bapak-bapak

“Dari desa seberang pak” balas sea yang kebetulan berada disamping bapak tersebut

“Sedang apa disana? Adik ini bukan orang asli sini kan?”

Mereka semua bergelang sembari melemparkan senyuman, bapak tersebut pun tertawa kecil,

“Adik-adik ini kalau mau basuh-basuh badan silahkan ya, bapak mau pergi dulu”

“Baik pak, terimakasih” balas sea

Mereka memutuskan berganti pakaian karena merasa tubuhnya sudah terasa cukup lengket.

“Lo ngapain?” tanya Haidar

Sea hanya tersenyum dan memasukkan amplop yang bisa dilihat cukup tebal kedalam kotak amal dimasjid tersebut.

“Buat mamah” balasnya dan menepuk bahu Haidar

“Emak lu pasti bangga banget punya anak kek elu sea” batinnya

“Oi sea minjem 100 dong” teriak Haidar

Tanpa berbicara apapun sea langsung mengeluarkan uangnya dari dompet dan menjulurkan nya ke Haidar,

“Bercanda doang, kalau jadi orang kayak gitu ya, sukak bingung ngabisin duit jadi gampang banget ngelepas duit ya?” Ujar haidar

“Duit gak ada artinya Dimata tuhan, duit banyak juga hisabnya banyak” balas sea

“Widih-widih pada bahas hisab nih, sementang dimasjid topiknya jadi akhirat” sahut Janu

Sea dan Kai tertawa kecil, sedangkan Haidar sibuk mengendus-endus badan Janu,

“Dih kek binatang lu” seru Janu sembari mendorong Kapala Haidar

“Wangi amat lu”

“Oh jelas kita harus wangi dimanapun berada dan disituasi apapun itu” jelasnya

“Najis” balas Haidar

Bak tom and Jerry mereka terus berkelahi setiap hari, tapi setiap hari juga mereka akan merasa kurang jika tidak saling bertemu.

Menghabiskan waktu diperjalanan memang melelahkan, dan kini mereka bisa menikmati pemandangan langit malam sembari berjalan pulang

-The Ar Noona

“Tidak ada yang tau tentang ku tapi lautan tau ceritaku” -Sea James William

Tidak ada yang tau

Fiksi = Pesan Dariku

Melewati jalanan yang berliku-liku, menghabiskan waktu berjam-jam kini Sea, Haidar, Janu dan Kai tengah menikmati pemandangan lautan lepas.

“Wah gilak, pemandangannya indah banget” seru Haidar

“Udah lama banget kita gak kepantai gini ya” balas Janu

Sea berjalan kesalah satu batu dan duduk disana, sedangkan kai kini sibuk mengabadikan momen dan membantu kedua temannya berfoto.

Angin khas laut kini menyusup masuk kedalam tubuhnya, entah bagaimana bisa, tubuhnya kini tidak begitu ramah lagi dengan angin laut. Melihat hempasan air laut yang terus menghantam batu karang sea hanya terlihat menatap dengan tatapan berbinar.

“Lihat nak, mamah Nemu kerang ini nak” seru sang ibu

“Mah, ini kerangnya kenapa kayak kayu?” Balas anak kecil tersebut

“Ini namanya kerang bambu”

“Sayang liat sini deh, aku Nemu ubur-ubur nih liat” teriak pria yang diketahui adalah ayahnya

Ibu dan anak itu berlari ketepi laut dan melihat ubur-ubur yang kini tengah dipegang sang ayah, suara tawa dan hempasan ombak menambah suasana hari itu semakin penuh warna.

“Nak, kalau kamu udah besar nanti jaga lautan ya” seru sang ibu

“Kenapa gitu? Kan disini udah ada penjaga pantai ma”

“Penjaga pantai hanya menjaga orang-orangnya saja, mama pengen kamu jadi dewa lautan seperti nama kamu sea jam—”

“Heh sea” panggil Kai

Apa yang tengah terlintas dibayangan sea seketika pudar setelah mendengar 3 bocah kusruk menghampirinya,

“Sea, lu mimisan lagi?” Tanya Haidar

“Hah? Gak kok” balas sea sembari memegangi hidungnya

“Terus ini apa bego” grutu Haidar

Janu berlari kemobil untuk mengambil kotak P3K sedangkan kai melepaskan jaket yang dikenakannya dan memasangkannya ketubuh sea,

“Ini” seru Janu memberikan kotak P3K

Haidar menyumbat hidung sea dengan kapas, lantas mencari daun sirih dipenduduk sekitar.

“Lo pucet banget sih, sakit apa gimana?” Tanya Janu

“Gak, gue gak sakit”

“Ini minum” seru Kai

“Gue gak papa, ini cuman capek aja mungkin”

Sea terus berusaha meyakinkan teman-temannya untuk tidak mengkhawatirkan keadaannya, iya memang akhir-akhir ini sea emang sering mimisan tanpa sebab. Dia sendiri pun gak tau apa penyebab dia bisa mimisan.

“Disini belum ada jaringan ya?” Tanya Haidar

“Ada kok” balas Janu

Mereka mulai menyalakan ponselnya yang sudah hampir 4 hari dimatikan.

“Tiketnya biar gue-”

“Udah gue pesen”potong sea diselasa-sela Kai akan berbicara

“Eh biji kecombrang, lu.. astaghfirullah, bisa gak sih sekali aja gitu jangan pakai duit lu sea” grutu Haidar

“Ayo berangkat” seru sea sembari berjalan kearah mobil dengan memegangi sebotol air mineral dan tisu dihidungnya

Haidar berlari menyusul sea, sedangkan Kai dan Janu berada dibelakang.

“Lu ngerasa aneh gak sih?” Tanya Janu

Kai tidak membalas, dan sibuk melihat foto dikameranya,

“Sea belakang ini kayaknya udah sering banget mimisan gak sih?”

“Hmm” balas Kai singkat

“Gue takut dia sakit tapi gak bilang ke kita”

“Ngaco lu, udah ayoo” balas Kai berusaha mengalihkan pembicaraan Janu

Kai berjalan kearah mobil dan terlihat sea tengah meneguk air mineral dengan wajah Pasih pucat.

“Bahkan gue sahabat lo dari kecil aja gak tau apa yang lagi lo sembunyikan sebenarnya sea” batin haidar

Sepanjang jalan menuju ke bandara, mereka semua hanya diam dan sea menatap kearah lautan luas yang kini mewarnai perjalanannya.

Banyak bayangan yang terus terlintas didepannya setiap kali melihat lautan, bahkan sea tidak punya alasan untuk membenci lautan walaupun terus memberikan nya sebuah kenangan.

“Tidak ada yang tau tentangku tapi lautan tau ceritaku” serunya dalam hati

Langit yang semula berwarna jingga kini pun berubah menjadi berwarna abu-abu, berhenti disalah satu masjid keempat pria dengan sarung dibahunya kini berjalan masuk kesalah satu masjid.

Tidak sedikit dari warga sekitar memperhatikan mereka, dengan rupa yang tampan, bergaya nan elok, bahkan mereka kagum dengan keramahan keempat pria tersebut.

“Udah ganteng ramah lagi ya buk” seru salah satu warga yang diikuti dengan anggukan.

Mereka duduk dan menunggu sejenak, sampai akhirnya mereka menjalankan ibadah magrib dengan khusyuk.

“Dari mana dik?”tanya salah satu bapak-bapak

“Dari desa seberang pak” balas sea yang kebetulan berada disamping bapak tersebut

“Sedang apa disana? Adik ini bukan orang asli sini kan?”

Mereka semua bergelang sembari melemparkan senyuman, bapak tersebut pun tertawa kecil,

“Adik-adik ini kalau mau basuh-basuh badan silahkan ya, bapak mau pergi dulu”

“Baik pak, terimakasih” balas sea

Mereka memutuskan berganti pakaian karena merasa tubuhnya sudah terasa cukup lengket.

“Lo ngapain?” tanya Haidar

Sea hanya tersenyum dan memasukkan amplop yang bisa dilihat cukup tebal kedalam kotak amal dimasjid tersebut.

“Buat mamah” balasnya dan menepuk bahu Haidar

“Emak lu pasti bangga banget punya anak kek elu sea” batinnya

“Oi sea minjem 100 dong” teriak Haidar

Tanpa berbicara apapun sea langsung mengeluarkan uangnya dari dompet dan menjulurkan nya ke Haidar,

“Bercanda doang, kalau jadi orang kayak gitu ya, sukak bingung ngabisin duit jadi gampang banget ngelepas duit ya?” Ujar haidar

“Duit gak ada artinya Dimata tuhan, duit banyak juga hisabnya banyak” balas sea

“Widih-widih pada bahas hisab nih, sementang dimasjid topiknya jadi akhirat” sahut Janu

Sea dan Kai tertawa kecil, sedangkan Haidar sibuk mengendus-endus badan Janu,

“Dih kek binatang lu” seru Janu sembari mendorong Kapala Haidar

“Wangi amat lu”

“Oh jelas kita harus wangi dimanapun berada dan disituasi apapun itu” jelasnya

“Najis” balas Haidar

Bak tom and Jerry mereka terus berkelahi setiap hari, tapi setiap hari juga mereka akan merasa kurang jika tidak saling bertemu.

Menghabiskan waktu diperjalanan memang melelahkan, dan kini mereka bisa menikmati pemandangan langit malam sembari berjalan pulang

-The Ar Noona

“Tidak ada yang tau tentang ku tapi lautan tau ceritaku” -*Sea James William

Tidak ada yang tau

Fiksi = Pesan Dariku

Melewati jalanan yang berliku-liku, menghabiskan waktu berjam-jam kini Sea, Haidar, Janu dan Kai tengah menikmati pemandangan lautan lepas.

“Wah gilak, pemandangannya indah banget” seru Haidar

“Udah lama banget kita gak kepantai gini ya” balas Janu

Sea berjalan kesalah satu batu dan duduk disana, sedangkan kai kini sibuk mengabadikan momen dan membantu kedua temannya berfoto.

Angin khas laut kini menyusup masuk kedalam tubuhnya, entah bagaimana bisa, tubuhnya kini tidak begitu ramah lagi dengan angin laut. Melihat hempasan air laut yang terus menghantam batu karang sea hanya terlihat menatap dengan tatapan berbinar.

“Lihat nak, mamah Nemu kerang ini nak” seru sang ibu

“Mah, ini kerangnya kenapa kayak kayu?” Balas anak kecil tersebut

“Ini namanya kerang bambu”

“Sayang liat sini deh, aku Nemu ubur-ubur nih liat” teriak pria yang diketahui adalah ayahnya

Ibu dan anak itu berlari ketepi laut dan melihat ubur-ubur yang kini tengah dipegang sang ayah, suara tawa dan hempasan ombak menambah suasana hari itu semakin penuh warna.

“Nak, kalau kamu udah besar nanti jaga lautan ya” seru sang ibu

“Kenapa gitu? Kan disini udah ada penjaga pantai ma”

“Penjaga pantai hanya menjaga orang-orangnya saja, mama pengen kamu jadi dewa lautan seperti nama kamu sea jam—”

“Heh sea” panggil Kai

Apa yang tengah terlintas dibayangan sea seketika pudar setelah mendengar 3 bocah kusruk menghampirinya,

“Sea, lu mimisan lagi?” Tanya Haidar

“Hah? Gak kok” balas sea sembari memegangi hidungnya

“Terus ini apa bego” grutu Haidar

Janu berlari kemobil untuk mengambil kotak P3K sedangkan kai melepaskan jaket yang dikenakannya dan memasangkannya ketubuh sea,

“Ini” seru Janu memberikan kotak P3K

Haidar menyumbat hidung sea dengan kapas, lantas mencari daun sirih dipenduduk sekitar.

“Lo pucet banget sih, sakit apa gimana?” Tanya Janu

“Gak, gue gak sakit”

“Ini minum” seru Kai

“Gue gak papa, ini cuman capek aja mungkin”

Sea terus berusaha meyakinkan teman-temannya untuk tidak mengkhawatirkan keadaannya, iya memang akhir-akhir ini sea emang sering mimisan tanpa sebab. Dia sendiri pun gak tau apa penyebab dia bisa mimisan.

“Disini belum ada jaringan ya?” Tanya Haidar

“Ada kok” balas Janu

Mereka mulai menyalakan ponselnya yang sudah hampir 4 hari dimatikan.

“Tiketnya biar gue-”

“Udah gue pesen”potong sea diselasa-sela Kai akan berbicara

“Eh biji kecombrang, lu.. astaghfirullah, bisa gak sih sekali aja gitu jangan pakai duit lu sea” grutu Haidar

“Ayo berangkat” seru sea sembari berjalan kearah mobil dengan memegangi sebotol air mineral dan tisu dihidungnya

Haidar berlari menyusul sea, sedangkan Kai dan Janu berada dibelakang.

“Lu ngerasa aneh gak sih?” Tanya Janu

Kai tidak membalas, dan sibuk melihat foto dikameranya,

“Sea belakang ini kayaknya udah sering banget mimisan gak sih?”

“Hmm” balas Kai singkat

“Gue takut dia sakit tapi gak bilang ke kita”

“Ngaco lu, udah ayoo” balas Kai berusaha mengalihkan pembicaraan Janu

Kai berjalan kearah mobil dan terlihat sea tengah meneguk air mineral dengan wajah Pasih pucat.

“Bahkan gue sahabat lo dari kecil aja gak tau apa yang lagi lo sembunyikan sebenarnya sea” batin haidar

Sepanjang jalan menuju ke bandara, mereka semua hanya diam dan sea menatap kearah lautan luas yang kini mewarnai perjalanannya.

Banyak bayangan yang terus terlintas didepannya setiap kali melihat lautan, bahkan sea tidak punya alasan untuk membenci lautan walaupun terus memberikan nya sebuah kenangan.

“Tidak ada yang tau tentangku tapi lautan tau ceritaku” serunya dalam hati

Langit yang semula berwarna jingga kini pun berubah menjadi berwarna abu-abu, berhenti disalah satu masjid keempat pria dengan sarung dibahunya kini berjalan masuk kesalah satu masjid.

Tidak sedikit dari warga sekitar memperhatikan mereka, dengan rupa yang tampan, bergaya nan elok, bahkan mereka kagum dengan keramahan keempat pria tersebut.

“Udah ganteng ramah lagi ya buk” seru salah satu warga yang diikuti dengan anggukan.

Mereka duduk dan menunggu sejenak, sampai akhirnya mereka menjalankan ibadah magrib dengan khusyuk.

“Dari mana dik?”tanya salah satu bapak-bapak

“Dari desa seberang pak” balas sea yang kebetulan berada disamping bapak tersebut

“Sedang apa disana? Adik ini bukan orang asli sini kan?”

Mereka semua bergelang sembari melemparkan senyuman, bapak tersebut pun tertawa kecil,

“Adik-adik ini kalau mau basuh-basuh badan silahkan ya, bapak mau pergi dulu”

“Baik pak, terimakasih” balas sea

Mereka memutuskan berganti pakaian karena merasa tubuhnya sudah terasa cukup lengket.

“Lo ngapain?” tanya Haidar

Sea hanya tersenyum dan memasukkan amplop yang bisa dilihat cukup tebal kedalam kotak amal dimasjid tersebut.

“Buat mamah” balasnya dan menepuk bahu Haidar

“Emak lu pasti bangga banget punya anak kek elu sea” batinnya

“Oi sea minjem 100 dong” teriak Haidar

Tanpa berbicara apapun sea langsung mengeluarkan uangnya dari dompet dan menjulurkan nya ke Haidar,

“Bercanda doang, kalau jadi orang kayak gitu ya, sukak bingung ngabisin duit jadi gampang banget ngelepas duit ya?” Ujar haidar

“Duit gak ada artinya Dimata tuhan, duit banyak juga hisabnya banyak” balas sea

“Widih-widih pada bahas hisab nih, sementang dimasjid topiknya jadi akhirat” sahut Janu

Sea dan Kai tertawa kecil, sedangkan Haidar sibuk mengendus-endus badan Janu,

“Dih kek binatang lu” seru Janu sembari mendorong Kapala Haidar

“Wangi amat lu”

“Oh jelas kita harus wangi dimanapun berada dan disituasi apapun itu” jelasnya

“Najis” balas Haidar

Bak tom and Jerry mereka terus berkelahi setiap hari, tapi setiap hari juga mereka akan merasa kurang jika tidak saling bertemu.

Menghabiskan waktu diperjalanan memang melelahkan, dan kini mereka bisa menikmati pemandangan langit malam sembari berjalan pulang

  • The Ar Noona

“Tidak ada yang tau tentang ku tapi lautan tau ceritaku” -*Sea James William

Tidak ada yang tau

Fiksi = Pesan Dariku

Melewati jalanan yang berliku-liku, menghabiskan waktu berjam-jam kini Sea, Haidar, Janu dan Kai tengah menikmati pemandangan lautan lepas.

“Wah gilak, pemandangannya indah banget” seru Haidar

“Udah lama banget kita gak kepantai gini ya” balas Janu

Sea berjalan kesalah satu batu dan duduk disana, sedangkan kini sibuk mengabadikan momen dan membantu kedua temannya berfoto.

Angin khas laut kini menyusup masuk kedalam tubuhnya, entahlah bagaimana bisa kini tubuhnya tidak begitu ramah lagi dengan angin laut, melihat hempasan air laut yang terus menghantam batu karang sea hanya terlihat menatap dengan tatapan berbinar.

“Lihat nak, mamah Nemu kerang ini nak” seru sang ibu

“Mah, ini kerangnya kenapa kayak kayu?” Balas anak kecil tersebut

“Ini namanya kerang bambu”

*“Sayang liat sini deh, aku Nemu ubur-ubur nih liat” teriak pria yang diketahui adalah ayahnya

Ibu dan anak itu berlari ketepi laut dan melihat ubur-ubur yang kini tengah dipegang sang ayah, suara tawa dan hempasan ombak menambah suasana hari itu semakin penuh dengan kasih sayang.

“Nak, kalau kamu udah besar nanti jaga lautan ya” seru sang ibu

“Kenapa gitu? Kan disini udah ada penjaga pantai ma”

“Penjaga pantai hanya menjaga orang-orangnya saja, mama pengen kamu jadi dewa lautan seperti nama kamu sea jam—”

“Heh sea” panggil Kai

Apa yang tengah terlintas dibayangannya kini pudar mendengar 3 bocah kusruk menghampirinya,

“Sea, lu mimisan lagi?” Tanya Haidar

“Hah? Gak kok” balas sea sembari memegangi hidungnya

“Terus ini apa bego” grutu Haidar

Janu berlari kemobil untuk mengambil kotak P3K sedangkan kai melepaskan jaket yang dikenakannya dan memasangkannya ketubuh sea,

“Ini” seru Janu memberikan kotak P3K

Haidar menyimpan hidung sea dengan kapas, lantas mencari daun sirih dipenduduk sekitar.

“Lo pucet banget sih, sakit apa gimana?” Tanya Janu

“Gak, gue gak sakit”

“Ini minum” seru Kai

“Gue gak papa, ini cuman capek aja mungkin”

Sea terus berusaha meyakinkan teman-temannya untuk tidak mengkhawatirkan keadaannya, iya memang akhir-akhir ini sea emang sering mimisan tanpa sebab. Dia sendiri pun gak tau apa penyebab dia bisa mimisan.

“Disini belum ada jaringan ya?” Tanya Haidar

“Ada kok” balas Janu

Mereka mulai menyalakan ponselnya yang sudah hampir 4 hari dimatikan.

“Tiketnya biar gue-”

“Udah gue pesen”potong sea diselasa-sela Kai akan berbicara

“Eh biji kecombrang, lu.. astaghfirullah, bisa gak sih sekali aja gitu jangan pakai duit lu sea” grutu Haidar

“Ayo berangkat” seru sea sembari berjalan kearah mobil dengan memegangi sebotol air mineral dan tisu dihidungnya

Haidar berlari menyusul sea, sedangkan Kai dan Janu berada dibelakang.

“Lu ngerasa aneh gak sih?” Tanya Janu

Kai tidak membalas, dan sibuk melihat foto dikameranya,

“Sea belakang ini kayaknya udah sering banget mimisan gak sih?”

“Hmm” balas Kai singkat

“Gue takut dia sakit tapi gak bilang ke kita”

“Ngaco lu, udah ayoo” balas Kai berusaha mengalihkan pembicaraan Janu

Kai berjalan kearah mobil dan terlihat sea tengah meneguk air mineral dengan wajah Pasih pucat.

“Bahkan gue sahabat lo dari kecil aja gak tau apa yang lagi lo sembunyikan sebenarnya sea” batin haidar

Fiksi = Pesan Dariku

Haidar, Kai dan juga Janu kini tengah duduk santai sembari menikmati beberapa gorengan ditemani dengan segelas air kelapa muda menambah sensasi siang itu menjadi lebih sejuk,

Mereka menikmati pemandangan siang yang cukup panas itu dengan berbagai macam obrolan,

“Kalian suka kepikiran gak sih, makhluk kayak sea gitu kuat banget” ujar Janu

Haidar hanya mengangguk,

“Gue ngerasa, dia punya banyak harta tapi kayak hampa aja gitu hidupnya” sambung janu

“Semenjak kasus kematian mamanya sih, dia jadi aneh” balas Haidar

“Gue takut dia punya penyakit mental deh” ujar Kai tiba-tiba

Haidar dan Janu spontan melongo mendengar ucapan Kai yang tidak pernah terpikir oleh mereka selama ini, mereka hanya berpikir kalau memang sea berubah jadi lebih dingin itu ia karena faktor usia yang udah beranjak dewasa.

“Ekhmmm, bisa biasa aja gak liatnya” potong kai

“Kok lu bisa mikir gitu?”tanya Haidar

“Lo perhatiin deh sikap dia kan agak aneh, setiap kerumah sakit tingkahnya kayak orang sawan”ujar Kai sembarangan

Haidar yang mendengar pun teringat kejadian hari itu-

~Jaga temennya ya

“Eyoo Broo” seru Janu tiba-tiba membuat Haidar sadar dari lamunannya,

Sea hanya melemparkan senyuman dengan dua alisnya naik berbarengan, sea lantas meletakkan tas ransel yang terlihat cukup padat masuk kedalam bagasi kendaraan milik Haidar,

“Lo bau kemenyan anjir” ujar haidar

“Lah bau kembang ini, idunglu rusak apa gimana sih” balas Janu

“Namanya baru balik ziarah iya aromanya bau-bau begituan, kalau bau bir baru dipertanyakan” sahut Kai

Sea hanya melemparkan senyuman seperti menahan tawa, dan membuat ketiga temannya terlihat bingung,

“Lo kalau mau ketawa ye ketawa aja cebong kagak keram tu pipi” seru Haidar

“Ayo berangkat”balasnya

Kai dan Janu yang sudah berada didalam mobil pun terlihat berteriak menyuruh agar Haidar bergerak cepat.

“Oi, buruan lama lu!!”

“Buset, kapan mereka masuk” gerutunya

Berjalan menuju ke bandara Soekarno Hatta membutuhkan waktu lebih dari 1 jam, memarkirkan kendaraan diparkiran khusus, lantas bersiap untuk masuk kedalam.

Sea melihat setiap sudut bandara udara internasional itu dengan senyuman penuh harapan,

“Ma, hari ini impian mama akan sea perjuangan, doain sea ya ma. Sea yakin mama pasti lagi liat sea disana” batinnya

Bahu sea ditepuk oleh kai, dan mereka akhirnya masuk kedalam, suasana ramai khas bandara itu membuat jantung sea sedikit berdebar tidak beraturan, nafasnya jadi pendek bahkan kepalanya sedikit nyeri.

“Jangan sekarang please”batinnya sembari memegang dada

“Lo kenapa se?” Tanya Kai

Sea hanya menggeleng sembari melemparkan senyuman, Kai yang sadarpun tau betul kalau sebenarnya ada hal yang disembunyikan darinya,

Kai kembali memainkan ponselnya sembari menunggu Haidar dan Janu menukarkan bording pass milik mereka.

Perjalanan memakan waktu cukup lama, mereka harus melewati jalur darat untuk masuk ke pemukiman warga, tidak terlalu buruk, akses jalan juga terlihat cukup baik, sehingga mobil masih bisa mengakses masuk.

“Njir ini gak ada sinyal?”tanya Haidar

“Gak, listrik juga belum masuk disini”balas sea

“Apa?”balas ketiga temannya

Sea yang mendengar pun terkejut bukan main,

“Lo gilak? Apa gimana sih?”

“Terus kalau ada tugas dari kampus gimana sea james”balas Janu

Sea mengeluarkan surat yang sudah ia dapat dari akademik, dimana tertulis nama anggota mereka yang kini mendapatkan dispensasi tugas selama 7 hari karena jangkauan infrastruktur yang belum sepenuhnya berjalan.

Janu dan juga Kai seketika menyandarkan badannya ke bangku, sedangkan Haidar menoleh lemah lunglai ke sea lantas menepok wajahnya dengan kertas yang ia pegang.

“Gak bisa mantau silani dah gue”batin haidar

Setelah melewati jalanan yang meliuk-liuk, melewati berapa pantai yang memang sengaja mereka minta untuk dilewati, kini mereka berada disalah satu desa yang terletak dipapua barat.

Mereka disambut oleh salah satu warga yang hanya menggunakan pakaian terbuat dari dedaunan anyam.

“Se, lu beneran mau KKN disini? Gue serem anjir”tanya Janu berbisik

Sea menepuk bahu Janu, dan berjalan menuju bapak tua yang diketahui ketua dari desa itu,

“Permisi pak”

Bapak itu hanya mengangguk,

“Apakah bapak ketua desa disini?” Tanya sea

Kembali dibalas dengan anggukan, sea bingung apakah sebenarnya bapak ini paham atau tidak dengan bahasanya,

~mama belajar bahasa papua biar nanti kalau kesana enak komunikasinya, kan kita pendatang jadi iya kalau bisa gunakanlah sedikit bahasa mereka

Perkataan itu seketika terlintas dipikiran sea, dan akhirnya sea berbicara menggunakan bahasa mpur karena itulah yang dipaham.

Haidar, Janu dan kai hanya diam melongo mendengar pembicaraan mereka, Haidar tau inilah kelebihan sea, karena berasal dari keluarga yang cukup terbilang sangat kaya, dan punya bisnis yang besar, terkadang setiap karyawan diharuskan menguasai 5 bahasa asing dan 25 bahasa daerah. Jadi tidak heran jika dirinya juga menguasai banyak bahasa.

“Ayo”ajak sea

“Kemana?” Tanya Kai

“Keliling desa” balasnya sembari berjalan mengikuti sibapak.

Melewati banyak aktivitas disana sea bisa merasakan bahwa wilayah ini harus dipemberdayakan, kebudayaannya masih cukup kental namun untuk kemajuan teknologi sangat tertinggal.

Janu yang notabennya tidak pernah jalan kewilayah pelosok terkejut melihat situasi saat ini,

“Kai, ini mereka kenapa pakai baju dari daon sih” tanyanya

“Mana gue tau”balas kai

“Gue takut diperkos—”

Duggggg~

Satu pukulan melayang kepunggung Janu,

“Sakit bego”

“Mulut lu dijaga, ini desa orang main asal bicara aja”balas Kai

Janu masih mengusap-usap bahunya sembari terus berjalan, tidak sedikit dari warga desa yang melemparkan senyuman selamat datang dan ini memperlihatkan bahwa mereka diterima dengan baik disana.

Hampir 2 jam sea dan bapak itu berbicara, kini sea dan kelompoknya dihantarkan kesalah satu rumah yang terlihat seperti cangkang keong,

“Wih kerennnn”seru Janu

“Norak!” Balas haidar

“Dih syirik lu”balasnya singkat

Mereka masuk dan melihat setiap sudut, bapak itu berpamitan dengan mereka namun hanya sea yang membalas, sedangkan 3 temannya hanya menjawab ooh dan iya.

Sea melemparkan senyuman yang menggelitik,

“Kalian seperti orang bisu”serunya

Ketiga temannya menoleh bersamaan,

“What?” Kata Haidar

Mereka semua tertawa terbahak-bahak karena memang benar adanya karena jika diperhatikan mereka akan terlihat seperti orang bisa yang tidak berbicara sama sekali dengan warga disana.

Mereka duduk lesehan dan meluruskan kakinya, sembari berbicara tentang target mereka untuk lokasi ini. Sea kembali terdiam setelah mereka memilih untuk merebahkan badan,

“Mah, Papua indah banget. Semuanya masih asli tidak seperti kehidupan kita dikota” batinnya

Menyandarkan kepalanya didinding, sea meraih ponselnya yang memunculkan wpp foto sang ibu,

“Semua yang buruk akan menjadi baik pada waktunya kan ma”

Semua yang buruk akan menjadi baik pada waktunya – Sea James William

-The Ar Noona

Fiksi = Pesan Dariku

![] https://i.pinimg.com/564x/c8/f7/da/c8f7daa8de69f3c6485dd45057a89a98.jpg

Haidar, Kai dan juga Janu kini tengah duduk santai sembari menikmati beberapa gorengan ditemani dengan segelas air kelapa muda menambah sensasi siang itu menjadi lebih sejuk,

Mereka menikmati pemandangan siang yang cukup panas itu dengan berbagai macam obrolan,

“Kalian suka kepikiran gak sih, makhluk kayak sea gitu kuat banget” ujar Janu

Haidar hanya mengangguk,

“Gue ngerasa, dia punya banyak harta tapi kayak hampa aja gitu hidupnya” sambung janu

“Semenjak kasus kematian mamanya sih, dia jadi aneh” balas Haidar

“Gue takut dia punya penyakit mental deh” ujar Kai tiba-tiba

Haidar dan Janu spontan melongo mendengar ucapan Kai yang tidak pernah terpikir oleh mereka selama ini, mereka hanya berpikir kalau memang sea berubah jadi lebih dingin itu ia karena faktor usia yang udah beranjak dewasa.

“Ekhmmm, bisa biasa aja gak liatnya” potong kai

“Kok lu bisa mikir gitu?”tanya Haidar

“Lo perhatiin deh sikap dia kan agak aneh, setiap kerumah sakit tingkahnya kayak orang sawan”ujar Kai sembarangan

Haidar yang mendengar pun teringat kejadian hari itu-

~Jaga temennya ya

“Eyoo Broo” seru Janu tiba-tiba membuat Haidar sadar dari lamunannya,

Sea hanya melemparkan senyuman dengan dua alisnya naik berbarengan, sea lantas meletakkan tas ransel yang terlihat cukup padat masuk kedalam bagasi kendaraan milik Haidar,

“Lo bau kemenyan anjir” ujar haidar

“Lah bau kembang ini, idunglu rusak apa gimana sih” balas Janu

“Namanya baru balik ziarah iya aromanya bau-bau begituan, kalau bau bir baru dipertanyakan” sahut Kai

Sea hanya melemparkan senyuman seperti menahan tawa, dan membuat ketiga temannya terlihat bingung,

“Lo kalau mau ketawa ye ketawa aja cebong kagak keram tu pipi” seru Haidar

“Ayo berangkat”balasnya

Kai dan Janu yang sudah berada didalam mobil pun terlihat berteriak menyuruh agar Haidar bergerak cepat.

“Oi, buruan lama lu!!”

“Buset, kapan mereka masuk” gerutunya

Berjalan menuju ke bandara Soekarno Hatta membutuhkan waktu lebih dari 1 jam, memarkirkan kendaraan diparkiran khusus, lantas bersiap untuk masuk kedalam.

Sea melihat setiap sudut bandara udara internasional itu dengan senyuman penuh harapan,

“Ma, hari ini impian mama akan sea perjuangan, doain sea ya ma. Sea yakin mama pasti lagi liat sea disana” batinnya

Bahu sea ditepuk oleh kai, dan mereka akhirnya masuk kedalam, suasana ramai khas bandara itu membuat jantung sea sedikit berdebar tidak beraturan, nafasnya jadi pendek bahkan kepalanya sedikit nyeri.

“Jangan sekarang please”batinnya sembari memegang dada

“Lo kenapa se?” Tanya Kai

Sea hanya menggeleng sembari melemparkan senyuman, Kai yang sadarpun tau betul kalau sebenarnya ada hal yang disembunyikan darinya,

Kai kembali memainkan ponselnya sembari menunggu Haidar dan Janu menukarkan bording pass milik mereka.

Perjalanan memakan waktu cukup lama, mereka harus melewati jalur darat untuk masuk ke pemukiman warga, tidak terlalu buruk, akses jalan juga terlihat cukup baik, sehingga mobil masih bisa mengakses masuk.

“Njir ini gak ada sinyal?”tanya Haidar

“Gak, listrik juga belum masuk disini”balas sea

“Apa?”balas ketiga temannya

Sea yang mendengar pun terkejut bukan main,

“Lo gilak? Apa gimana sih?”

“Terus kalau ada tugas dari kampus gimana sea james”balas Janu

Sea mengeluarkan surat yang sudah ia dapat dari akademik, dimana tertulis nama anggota mereka yang kini mendapatkan dispensasi tugas selama 7 hari karena jangkauan infrastruktur yang belum sepenuhnya berjalan.

Janu dan juga Kai seketika menyandarkan badannya ke bangku, sedangkan Haidar menoleh lemah lunglai ke sea lantas menepok wajahnya dengan kertas yang ia pegang.

“Gak bisa mantau silani dah gue”batin haidar

Setelah melewati jalanan yang meliuk-liuk, melewati berapa pantai yang memang sengaja mereka minta untuk dilewati, kini mereka berada disalah satu desa yang terletak dipapua barat.

Mereka disambut oleh salah satu warga yang hanya menggunakan pakaian terbuat dari dedaunan anyam.

“Se, lu beneran mau KKN disini? Gue serem anjir”tanya Janu berbisik

Sea menepuk bahu Janu, dan berjalan menuju bapak tua yang diketahui ketua dari desa itu,

“Permisi pak”

Bapak itu hanya mengangguk,

“Apakah bapak ketua desa disini?” Tanya sea

Kembali dibalas dengan anggukan, sea bingung apakah sebenarnya bapak ini paham atau tidak dengan bahasanya,

~mama belajar bahasa papua biar nanti kalau kesana enak komunikasinya, kan kita pendatang jadi iya kalau bisa gunakanlah sedikit bahasa mereka

Perkataan itu seketika terlintas dipikiran sea, dan akhirnya sea berbicara menggunakan bahasa mpur karena itulah yang dipaham.

Haidar, Janu dan kai hanya diam melongo mendengar pembicaraan mereka, Haidar tau inilah kelebihan sea, karena berasal dari keluarga yang cukup terbilang sangat kaya, dan punya bisnis yang besar, terkadang setiap karyawan diharuskan menguasai 5 bahasa asing dan 25 bahasa daerah. Jadi tidak heran jika dirinya juga menguasai banyak bahasa.

“Ayo”ajak sea

“Kemana?” Tanya Kai

“Keliling desa” balasnya sembari berjalan mengikuti sibapak.

Melewati banyak aktivitas disana sea bisa merasakan bahwa wilayah ini harus dipemberdayakan, kebudayaannya masih cukup kental namun untuk kemajuan teknologi sangat tertinggal.

Janu yang notabennya tidak pernah jalan kewilayah pelosok terkejut melihat situasi saat ini,

“Kai, ini mereka kenapa pakai baju dari daon sih” tanyanya

“Mana gue tau”balas kai

“Gue takut diperkos—”

Duggggg~

Satu pukulan melayang kepunggung Janu,

“Sakit bego”

“Mulut lu dijaga, ini desa orang main asal bicara aja”balas Kai

Janu masih mengusap-usap bahunya sembari terus berjalan, tidak sedikit dari warga desa yang melemparkan senyuman selamat datang dan ini memperlihatkan bahwa mereka diterima dengan baik disana.

Hampir 2 jam sea dan bapak itu berbicara, kini sea dan kelompoknya dihantarkan kesalah satu rumah yang terlihat seperti cangkang keong,

“Wih kerennnn”seru Janu

“Norak!” Balas haidar

“Dih syirik lu”balasnya singkat

Mereka masuk dan melihat setiap sudut, bapak itu berpamitan dengan mereka namun hanya sea yang membalas, sedangkan 3 temannya hanya menjawab ooh dan iya.

Sea melemparkan senyuman yang menggelitik,

“Kalian seperti orang bisu”serunya

Ketiga temannya menoleh bersamaan,

“What?” Kata Haidar

Mereka semua tertawa terbahak-bahak karena memang benar adanya karena jika diperhatikan mereka akan terlihat seperti orang bisa yang tidak berbicara sama sekali dengan warga disana.

Mereka duduk lesehan dan meluruskan kakinya, sembari berbicara tentang target mereka untuk lokasi ini. Sea kembali terdiam setelah mereka memilih untuk merebahkan badan,

“Mah, Papua indah banget. Semuanya masih asli tidak seperti kehidupan kita dikota” batinnya

Menyandarkan kepalanya didinding, sea meraih ponselnya yang memunculkan wpp foto sang ibu,

“Semua yang buruk akan menjadi baik pada waktunya kan ma”

<Semua yang buruk akan menjadi baik pada waktunya – Sea James William

Papua itu indah ma

Fiksi = Pesan Dariku

Haidar, Kai dan juga Janu kini tengah duduk santai sembari menikmati beberapa gorengan ditemani dengan segelas air kelapa muda menambah sensasi siang itu menjadi lebih sejuk,

Mereka menikmati pemandangan siang yang cukup panas itu dengan berbagai macam obrolan,

“Kalian suka kepikiran gak sih, makhluk kayak sea gitu kuat banget” ujar Janu

Haidar hanya mengangguk,

“Gue ngerasa, dia punya banyak harta tapi kayak hampa aja gitu hidupnya” sambung janu

“Semenjak kasus kematian mamanya sih, dia jadi aneh” balas Haidar

“Gue takut dia punya penyakit mental deh” ujar Kai tiba-tiba

Haidar dan Janu spontan melongo mendengar ucapan Kai yang tidak pernah terpikir oleh mereka selama ini, mereka hanya berpikir kalau memang sea berubah jadi lebih dingin itu ia karena faktor usia yang udah beranjak dewasa.

“Ekhmmm, bisa biasa aja gak liatnya” potong kai

“Kok lu bisa mikir gitu?”tanya Haidar

“Lo perhatiin deh sikap dia kan agak aneh, setiap kerumah sakit tingkahnya kayak orang sawan”ujar Kai sembarangan

Haidar yang mendengar pun teringat kejadian hari itu-

~Jaga temennya ya

“Eyoo Broo” seru Janu tiba-tiba membuat Haidar sadar dari lamunannya,

Sea hanya melemparkan senyuman dengan dua alisnya naik berbarengan, sea lantas meletakkan tas ransel yang terlihat cukup padat masuk kedalam bagasi kendaraan milik Haidar,

“Lo bau kemenyan anjir” ujar haidar

“Lah bau kembang ini, idunglu rusak apa gimana sih” balas Janu

“Namanya baru balik ziarah iya aromanya bau-bau begituan, kalau bau bir baru dipertanyakan” sahut Kai

Sea hanya melemparkan senyuman seperti menahan tawa, dan membuat ketiga temannya terlihat bingung,

“Lo kalau mau ketawa ye ketawa aja cebong kagak keram tu pipi” seru Haidar

“Ayo berangkat”balasnya

Kai dan Janu yang sudah berada didalam mobil pun terlihat berteriak menyuruh agar Haidar bergerak cepat.

“Oi, buruan lama lu!!”

“Buset, kapan mereka masuk” gerutunya

Berjalan menuju ke bandara Soekarno Hatta membutuhkan waktu lebih dari 1 jam, memarkirkan kendaraan diparkiran khusus, lantas bersiap untuk masuk kedalam.

Sea melihat setiap sudut bandara udara internasional itu dengan senyuman penuh harapan,

“Ma, hari ini impian mama akan sea perjuangan, doain sea ya ma. Sea yakin mama pasti lagi liat sea disana” batinnya

Bahu sea ditepuk oleh kai, dan mereka akhirnya masuk kedalam, suasana ramai khas bandara itu membuat jantung sea sedikit berdebar tidak beraturan, nafasnya jadi pendek bahkan kepalanya sedikit nyeri.

“Jangan sekarang please”batinnya sembari memegang dada

“Lo kenapa se?” Tanya Kai

Sea hanya menggeleng sembari melemparkan senyuman, Kai yang sadarpun tau betul kalau sebenarnya ada hal yang disembunyikan darinya,

Kai kembali memainkan ponselnya sembari menunggu Haidar dan Janu menukarkan bording pass milik mereka.

Perjalanan memakan waktu cukup lama, mereka harus melewati jalur darat untuk masuk ke pemukiman warga, tidak terlalu buruk, akses jalan juga terlihat cukup baik, sehingga mobil masih bisa mengakses masuk.

“Njir ini gak ada sinyal?”tanya Haidar

“Gak, listrik juga belum masuk disini”balas sea

“Apa?”balas ketiga temannya

Sea yang mendengar pun terkejut bukan main,

“Lo gilak? Apa gimana sih?”

“Terus kalau ada tugas dari kampus gimana sea james”balas Janu

Sea mengeluarkan surat yang sudah ia dapat dari akademik, dimana tertulis nama anggota mereka yang kini mendapatkan dispensasi tugas selama 7 hari karena jangkauan infrastruktur yang belum sepenuhnya berjalan.

Janu dan juga Kai seketika menyandarkan badannya ke bangku, sedangkan Haidar menoleh lemah lunglai ke sea lantas menepok wajahnya dengan kertas yang ia pegang.

“Gak bisa mantau silani dah gue”batin haidar

Setelah melewati jalanan yang meliuk-liuk, melewati berapa pantai yang memang sengaja mereka minta untuk dilewati, kini mereka berada disalah satu desa yang terletak dipapua barat.

Mereka disambut oleh salah satu warga yang hanya menggunakan pakaian terbuat dari dedaunan anyam.

“Se, lu beneran mau KKN disini? Gue serem anjir”tanya Janu berbisik

Sea menepuk bahu Janu, dan berjalan menuju bapak tua yang diketahui ketua dari desa itu,

“Permisi pak”

Bapak itu hanya mengangguk,

“Apakah bapak ketua desa disini?” Tanya sea

Kembali dibalas dengan anggukan, sea bingung apakah sebenarnya bapak ini paham atau tidak dengan bahasanya,

~mama belajar bahasa papua biar nanti kalau kesana enak komunikasinya, kan kita pendatang jadi iya kalau bisa gunakanlah sedikit bahasa mereka

Perkataan itu seketika terlintas dipikiran sea, dan akhirnya sea berbicara menggunakan bahasa mpur karena itulah yang dipaham.

Haidar, Janu dan kai hanya diam melongo mendengar pembicaraan mereka, Haidar tau inilah kelebihan sea, karena berasal dari keluarga yang cukup terbilang sangat kaya, dan punya bisnis yang besar, terkadang setiap karyawan diharuskan menguasai 5 bahasa asing dan 25 bahasa daerah. Jadi tidak heran jika dirinya juga menguasai banyak bahasa.

“Ayo”ajak sea

“Kemana?” Tanya Kai

“Keliling desa” balasnya sembari berjalan mengikuti sibapak.

Melewati banyak aktivitas disana sea bisa merasakan bahwa wilayah ini harus dipemberdayakan, kebudayaannya masih cukup kental namun untuk kemajuan teknologi sangat tertinggal.

Janu yang notabennya tidak pernah jalan kewilayah pelosok terkejut melihat situasi saat ini,

“Kai, ini mereka kenapa pakai baju dari daon sih” tanyanya

“Mana gue tau”balas kai

“Gue takut diperkos—”

Duggggg~

Satu pukulan melayang kepunggung Janu,

“Sakit bego”

“Mulut lu dijaga, ini desa orang main asal bicara aja”balas Kai

Janu masih mengusap-usap bahunya sembari terus berjalan, tidak sedikit dari warga desa yang melemparkan senyuman selamat datang dan ini memperlihatkan bahwa mereka diterima dengan baik disana.

Hampir 2 jam sea dan bapak itu berbicara, kini sea dan kelompoknya dihantarkan kesalah satu rumah yang terlihat seperti cangkang keong,

“Wih kerennnn”seru Janu

“Norak!” Balas haidar

“Dih syirik lu”balasnya singkat

Mereka masuk dan melihat setiap sudut, bapak itu berpamitan dengan mereka namun hanya sea yang membalas, sedangkan 3 temannya hanya menjawab ooh dan iya.

Sea melemparkan senyuman yang menggelitik,

“Kalian seperti orang bisu”serunya

Ketiga temannya menoleh bersamaan,

“What?” Kata Haidar

Mereka semua tertawa terbahak-bahak karena memang benar adanya karena jika diperhatikan mereka akan terlihat seperti orang bisa yang tidak berbicara sama sekali dengan warga disana.

Mereka duduk lesehan dan meluruskan kakinya, sembari berbicara tentang target mereka untuk lokasi ini. Sea kembali terdiam setelah mereka memilih untuk merebahkan badan,

“Mah, Papua indah banget. Semuanya masih asli tidak seperti kehidupan kita dikota” batinnya

Menyandarkan kepalanya didinding, sea meraih ponselnya yang memunculkan wpp foto sang ibu,

“Semua yang buruk akan menjadi baik pada waktunya kan ma”

Lautan Papua indah sekali ternyata..

Fiksi = Pesan Dariku

Haidar, Kai dan juga Janu kini tengah duduk santai sembari menikmati beberapa gorengan yang dibeli oleh Janu sebelum ke camp,

“Kalian suka kepikiran gak sih, makhluk kayak sea gitu kuat banget” ujar Janu

Haidar hanya mengangguk,

“Gue ngerasa, dia punya banyak harta tapi kayak hampa” sambungnya

“Semenjak kasus kematian mamanya sih, dia jadi aneh” balas Haidar

“Gue takut dia punya penyakit mental deh” ujar Kai tiba-tiba

Haidar dan Janu spontan melongo mendengar ucapan Kai yang tidak pernah terpikir oleh mereka selama ini, mereka hanya berpikir sea berubah jadi lebih dingin karena faktor usia yang udah beranjak dewasa.

“Bisa biasa aja gak liatnya” potong kai

“Kok lu bisa mikir gitu?”tanya Haidar

“Lo perhatiin deh sikap dia kan agak aneh, setiap kerumah sakit tingkahnya kayak orang sawan”ujar Kai sembarangan

Haidar yang mendengar pun teringat kejadian hari itu-

~Saya masih ada tugas lain, Jaga temennya ya saya tinggal dulu

“Eyoo Broo” seru Janu tiba-tiba membuat Haidar sadar dari lamunannya,

Sea hanya melemparkan senyuman dengan dua alisnya naik berbarengan, sea lantas meletakkan tas ransel yang terlihat cukup padat kendaraan milik Haidar,

“Lo bau kemenyan anjir” ujar haidar

“Lah bau kembang ini goblok” balas Janu

“Namanya baru balik dari tpu, kalau bau bir baru dipertanyakan” sahut Kai

Sea hanya melemparkan senyuman seperti menahan tawa, dan membuat ketiga temannya melihat bingung,

“Lo kalau mau ketawa ye ketawa aja cebong kagak keram tu pipi” seru Haidar

“Ayo berangkat”balasnya

Kai dan Janu yang sudah berada didalam mobil pun terlihat berteriak menyuruh agar Haidar bergerak cepat.

“Oi, buruan lama lu!!”

“Buset, kapan mereka masuk” gerutunya

Fiksi = Pesan Dariku

Kelas sudah berjalan lebih dari 30 menit, namun sea belum kunjung ada kabar, pak Nababan yang diketahui sejak tadi tampak melirik kearah Haidar, Janu dan juga kai pun berhasil membuat tiga serangkai ini menunduk diam,

“Ir, dimana dah si sea?” Tanya janu kehaidar

“Mana gue tau anjir, gue bukan khodam kali yang ngintilin dia”

Pak Nababan berdiri mendekati Haidar, dan membuat kai reflek menepuk nepuk bahu Janu karena panik,

“Dimana sea?”

“Tidak tau pak”

“Kalian temannya kan? Kok bisa tidak tau kemana temannya?”

“Saya sudah membuang waktu saya 45 menit disini apakah kalian tidak ada inisiatif menelpon teman kalian?”

“Sudah pak, tapi sea—”

“Permisi, maaf saya terlambat pak”

Spontan suara tersebut membuat semua orang yang berada didalam kelas menoleh, dan ketiga temannya terkejut melihat sea yang berantakan,

“Kenapa kamu baru datang dan pakaian kamu kenapa kotor sekali? Ini kampus sea bukan pondok rongsokan”

“Maaf pak, karena saya terlambat dan hadir dalam kondisi kotor”

Haidar, Janu dan kai saling menatap satu sama lain karena terkejut melihat temannya yang tidak biasanya seperti itu,

“Si sea kenapa bentukannya jadi begitu anjir?”

“Kayaknya jatoh gak sih?” Balas Janu spontan

“Mulut lu” balas Haidar

Pak Nababan terus mengajukan pertanyaan namun sea tetap tidak membalas pertanyaan tersebut dan membuat seiisi kelas menatap bingung,

“Maaf pak, saya tidak bisa mengatakannya karena saya yakin tidak akan ada yang percaya akan alasan saya”

Tanpa berpikir, sea lantas membuka jaketnya yang terlihat sobek dan memperlihatkan darah segar yang mengalir dilengan kanannya,

“Cuk! Sea!!” Seru Kai sembari memukul-mukul badan Haidar dan berlari mendekati sea

Semua mahasiswa tercengang melihat situasi yang dibuat sea, dia terlihat santai dengan luka yang jelas masih basah.

Dan pak Nababan dengan refleks langsung menutup luka sea dengan sapu tangan yang dimilikinya,

“Kamu bodoh apa gimana? Sudah dewasa pikirannya tidak digunakan, bawa teman kalian ke UKS” seru pak Nababan

Sea hanya melemparkan senyuman singkat kepada pak Nababan dan berjalan keluar kelas bersama ketiga temannya, mereka berjalan sambil terus bertanya kenapa bisa sea mengalami luka yang tidak mungkin dia dapat karena jatuh.

“Jawab kenapa bego, kok bisa-bisanya lo luka kek begini?”

Haidar yang dari tadi ngomel gak habis-habis akhirnya disumpel pakai kain kasa oleh sea, dan membuat Janu dan kai tertawa terbahak-bahak,

“Ribut”

“Gue oleng karena kenak sabet bocah SMA” balas sea

“Hah gimana-gimana?”

“Iya, gue ketemu gerombolan anak sekolah, pada nyanyi sambil bawa golok, sabit, sama celurit gituan pokoknya”

“Terus?”tanya Kai sambil terus mengobati lukanya

“Iya udah gue motoran biasa, tiba-tiba ntuh gerombolan nyalip gue sambil ngayun-ayun sabitnya, pas disamping gue tuh sabit malah pas ngenak tangan gue”

“What? Pas ngenak? Lu sehat kagak si sea?”tanya Haidar sambil nempeleng jidat sea

“Untung kagak leher lu bego, terus ini kenapa dekil banget lo jatuh digot apa gimana?”

“Dikubangan air”

Haidar menggelengkan kepalanya, sedangkan dua sahabatnya sibuk membersihkan luka yang sea dapat,

“Kita kerumah sakit aja gimana? Ini kayaknya luka dalam deh”

“Gak usah, luka kecil doang, paling besok udah sembuh kok”

“Goblok, sembuh kagak, diampultasi iya, udah ayo”

Mereka membawa sea ke rumah sakit menggunakan taxi online, sea terus menolak masuk keruang UGD sampai akhirnya Janu menggendongnya masuk kedalam ruangan,

Ketika akan diobati, dokter mengecek detak jantung dan nadinya,

“Nak coba tenang, tarik napas dan buang dari mulut ya” ucap dokter

Sea hanya menggeleng, namun tidak ada perubahan, dokter melihat tangannya bergetar, wajahnya pucat dengan keringat dimana mana, sesakali sea tampak memejamkan matanya dan menggelengkan kepalanya.

Dokter yang paham pun langsung memberikan sea suntikan penenang,

Setelah melakukan pengobatan, dokter keluar dan memanggil salah satu temannya yang sudah pasti adalah Haidar,

“Lukanya lumayan dalam, jadi tadi harus dijahit 5 jahitan luar dan 3 dalam, jahitannya sudah menyatu dan tidak perlu dibuka lagi”

“Ada beberapa resep obat dan salep yang harus kamu ambil di Farma ya”

“Baik dok, terus apa kita perlu konsul?”

Dokter hanya mengangguk, sembari menulis resep,

“Tapi kamu bisa Konsul via telpn saja dengan saya”

“Tidak perlu datang kesini?”

Dokter kembali hanya menggeleng dan melemparkan senyuman, sembari memberikan resep, dokter tiba-tiba menepuk bahu Haidar ,

“Saya masih ada tugas lain, Jaga temennya ya saya tinggal dulu”

Haidar yang masih terduduk pun bingung dengan maksud dari omong dokter tersebut, berusaha mencerna namun sayang memorinya kini sedang diambang kepenahan,

Setelah menebus obat mereka kembali kekampus karena harus mengurus berkas keberangkatan KKN mereka mendatang.

“Se, kalau ada yang sakit kasih tau gue sama yang lain jangan diem aja”

“Buat apa? Kan saya tidak sakit”

“Terus itu luka emang gak sakit?” Tanya Kai

Sea hanya menggeleng dan tersenyum manis, membuat ketiga temannya bingung dengan makhluk peradaban satu ini.

“Rasa sakit saya hanya milik saya kalian tidak boleh ikut merasakannya” batinnya


“Rasa sakit saya hanya milik saya kalian tidak boleh ikut merasakannya”-Sea James William