IMPIAN MAMA

Fiksi = Pesan Dariku

Haidar, Kai dan juga Janu kini tengah duduk santai sembari menikmati beberapa gorengan ditemani dengan segelas air kelapa muda menambah sensasi siang itu menjadi lebih sejuk,

Mereka menikmati pemandangan siang yang cukup panas itu dengan berbagai macam obrolan,

“Kalian suka kepikiran gak sih, makhluk kayak sea gitu kuat banget” ujar Janu

Haidar hanya mengangguk,

“Gue ngerasa, dia punya banyak harta tapi kayak hampa aja gitu hidupnya” sambung janu

“Semenjak kasus kematian mamanya sih, dia jadi aneh” balas Haidar

“Gue takut dia punya penyakit mental deh” ujar Kai tiba-tiba

Haidar dan Janu spontan melongo mendengar ucapan Kai yang tidak pernah terpikir oleh mereka selama ini, mereka hanya berpikir kalau memang sea berubah jadi lebih dingin itu ia karena faktor usia yang udah beranjak dewasa.

“Ekhmmm, bisa biasa aja gak liatnya” potong kai

“Kok lu bisa mikir gitu?”tanya Haidar

“Lo perhatiin deh sikap dia kan agak aneh, setiap kerumah sakit tingkahnya kayak orang sawan”ujar Kai sembarangan

Haidar yang mendengar pun teringat kejadian hari itu-

~Jaga temennya ya

“Eyoo Broo” seru Janu tiba-tiba membuat Haidar sadar dari lamunannya,

Sea hanya melemparkan senyuman dengan dua alisnya naik berbarengan, sea lantas meletakkan tas ransel yang terlihat cukup padat masuk kedalam bagasi kendaraan milik Haidar,

“Lo bau kemenyan anjir” ujar haidar

“Lah bau kembang ini, idunglu rusak apa gimana sih” balas Janu

“Namanya baru balik ziarah iya aromanya bau-bau begituan, kalau bau bir baru dipertanyakan” sahut Kai

Sea hanya melemparkan senyuman seperti menahan tawa, dan membuat ketiga temannya terlihat bingung,

“Lo kalau mau ketawa ye ketawa aja cebong kagak keram tu pipi” seru Haidar

“Ayo berangkat”balasnya

Kai dan Janu yang sudah berada didalam mobil pun terlihat berteriak menyuruh agar Haidar bergerak cepat.

“Oi, buruan lama lu!!”

“Buset, kapan mereka masuk” gerutunya

Berjalan menuju ke bandara Soekarno Hatta membutuhkan waktu lebih dari 1 jam, memarkirkan kendaraan diparkiran khusus, lantas bersiap untuk masuk kedalam.

Sea melihat setiap sudut bandara udara internasional itu dengan senyuman penuh harapan,

“Ma, hari ini impian mama akan sea perjuangan, doain sea ya ma. Sea yakin mama pasti lagi liat sea disana” batinnya

Bahu sea ditepuk oleh kai, dan mereka akhirnya masuk kedalam, suasana ramai khas bandara itu membuat jantung sea sedikit berdebar tidak beraturan, nafasnya jadi pendek bahkan kepalanya sedikit nyeri.

“Jangan sekarang please”batinnya sembari memegang dada

“Lo kenapa se?” Tanya Kai

Sea hanya menggeleng sembari melemparkan senyuman, Kai yang sadarpun tau betul kalau sebenarnya ada hal yang disembunyikan darinya,

Kai kembali memainkan ponselnya sembari menunggu Haidar dan Janu menukarkan bording pass milik mereka.

Perjalanan memakan waktu cukup lama, mereka harus melewati jalur darat untuk masuk ke pemukiman warga, tidak terlalu buruk, akses jalan juga terlihat cukup baik, sehingga mobil masih bisa mengakses masuk.

“Njir ini gak ada sinyal?”tanya Haidar

“Gak, listrik juga belum masuk disini”balas sea

“Apa?”balas ketiga temannya

Sea yang mendengar pun terkejut bukan main,

“Lo gilak? Apa gimana sih?”

“Terus kalau ada tugas dari kampus gimana sea james”balas Janu

Sea mengeluarkan surat yang sudah ia dapat dari akademik, dimana tertulis nama anggota mereka yang kini mendapatkan dispensasi tugas selama 7 hari karena jangkauan infrastruktur yang belum sepenuhnya berjalan.

Janu dan juga Kai seketika menyandarkan badannya ke bangku, sedangkan Haidar menoleh lemah lunglai ke sea lantas menepok wajahnya dengan kertas yang ia pegang.

“Gak bisa mantau silani dah gue”batin haidar

Setelah melewati jalanan yang meliuk-liuk, melewati berapa pantai yang memang sengaja mereka minta untuk dilewati, kini mereka berada disalah satu desa yang terletak dipapua barat.

Mereka disambut oleh salah satu warga yang hanya menggunakan pakaian terbuat dari dedaunan anyam.

“Se, lu beneran mau KKN disini? Gue serem anjir”tanya Janu berbisik

Sea menepuk bahu Janu, dan berjalan menuju bapak tua yang diketahui ketua dari desa itu,

“Permisi pak”

Bapak itu hanya mengangguk,

“Apakah bapak ketua desa disini?” Tanya sea

Kembali dibalas dengan anggukan, sea bingung apakah sebenarnya bapak ini paham atau tidak dengan bahasanya,

~mama belajar bahasa papua biar nanti kalau kesana enak komunikasinya, kan kita pendatang jadi iya kalau bisa gunakanlah sedikit bahasa mereka

Perkataan itu seketika terlintas dipikiran sea, dan akhirnya sea berbicara menggunakan bahasa mpur karena itulah yang dipaham.

Haidar, Janu dan kai hanya diam melongo mendengar pembicaraan mereka, Haidar tau inilah kelebihan sea, karena berasal dari keluarga yang cukup terbilang sangat kaya, dan punya bisnis yang besar, terkadang setiap karyawan diharuskan menguasai 5 bahasa asing dan 25 bahasa daerah. Jadi tidak heran jika dirinya juga menguasai banyak bahasa.

“Ayo”ajak sea

“Kemana?” Tanya Kai

“Keliling desa” balasnya sembari berjalan mengikuti sibapak.

Melewati banyak aktivitas disana sea bisa merasakan bahwa wilayah ini harus dipemberdayakan, kebudayaannya masih cukup kental namun untuk kemajuan teknologi sangat tertinggal.

Janu yang notabennya tidak pernah jalan kewilayah pelosok terkejut melihat situasi saat ini,

“Kai, ini mereka kenapa pakai baju dari daon sih” tanyanya

“Mana gue tau”balas kai

“Gue takut diperkos—”

Duggggg~

Satu pukulan melayang kepunggung Janu,

“Sakit bego”

“Mulut lu dijaga, ini desa orang main asal bicara aja”balas Kai

Janu masih mengusap-usap bahunya sembari terus berjalan, tidak sedikit dari warga desa yang melemparkan senyuman selamat datang dan ini memperlihatkan bahwa mereka diterima dengan baik disana.

Hampir 2 jam sea dan bapak itu berbicara, kini sea dan kelompoknya dihantarkan kesalah satu rumah yang terlihat seperti cangkang keong,

“Wih kerennnn”seru Janu

“Norak!” Balas haidar

“Dih syirik lu”balasnya singkat

Mereka masuk dan melihat setiap sudut, bapak itu berpamitan dengan mereka namun hanya sea yang membalas, sedangkan 3 temannya hanya menjawab ooh dan iya.

Sea melemparkan senyuman yang menggelitik,

“Kalian seperti orang bisu”serunya

Ketiga temannya menoleh bersamaan,

“What?” Kata Haidar

Mereka semua tertawa terbahak-bahak karena memang benar adanya karena jika diperhatikan mereka akan terlihat seperti orang bisa yang tidak berbicara sama sekali dengan warga disana.

Mereka duduk lesehan dan meluruskan kakinya, sembari berbicara tentang target mereka untuk lokasi ini. Sea kembali terdiam setelah mereka memilih untuk merebahkan badan,

“Mah, Papua indah banget. Semuanya masih asli tidak seperti kehidupan kita dikota” batinnya

Menyandarkan kepalanya didinding, sea meraih ponselnya yang memunculkan wpp foto sang ibu,

“Semua yang buruk akan menjadi baik pada waktunya kan ma”

Semua yang buruk akan menjadi baik pada waktunya – Sea James William

-The Ar Noona