TANPA WARISAN
Anak Tunggal Penerus Perusahaan
Fiksi = Pesan Dariku
Sea yang sejak pagi sudah pergi keluar bersama dengan ketiga sahabatnya pun terpaksa pulang lebih awal karena permintaan sang papa,
“Gais gue balik duluan ya”
“Tumben?” Seru Haidar
“Papa ngajak gue kerumah oma”
“Oooowwhhhh, bau-bau nya ada yang akur nih” ledek Janu
“Hahahahahah” tawa ketiga sahabatnya.
“Dah lah gue balik”
“Hati-hati bro” teriak Kai yang tak dihiraukan sea
Memakan waktu sekitar setengah jam kini sea sampai dirumah dan langsung bersiap, karena terlihat sudah sosok papanya yang sudah siap akan berangkat.
Sea sudah berada di kamarnya selama 20 menit, kalau kata Haidar sea adalah pria perawan yang terlalu memperhatikan setiap inci dari penampilannya. “Hahahahah....”
Ketika mengunci pintu, kedua pasang matanya terfokus pada deretan bingkai foto yang ada diatas nakas, dan membuat sea meraih bingkai yang kini memperlihatkan foto wanita surganya, dengan melemparkan senyuman dalam sembari mengusap usap foto tersebut sea terlihat seperti menyampaikan sebuah rasa yang tidak dapat diutarakan.
“Sea kangen ma” serunya singkat
Setelah melewati perjalanan hampir 1 jam kini sea, Willi ayah dari sea dan juga Omanya pun tengah asik menikmati makan malam.
“Sea, kuliahnya gimana?” Tanya Oma
“Lancar” balasnya singkat
Berharap tidak ada pertanyaan yang sama kembali diutarakan sang Oma, membuat sea sedikit membatasi pembicaraan karena dia paham betul, setiap kali dia banyak bicara maka—-
“Setelah lulus, kamu kerja di perusahaan mama kamu ya”
Uhuuuukkkk~
Willi yang tepat berada disampingnya pun spontan memberikan air minum kepada anak tunggal kesayangannya, dengan merasakan dada sedikit nyeri, sea meneguk segelas air mineral sembari menatap Omanya yang tidak merasa bersalah sama sekali.
“Kamu anak satu-satunya sea, cuman kamu yang bisa meneruskan perusahaan milik mama kamu, saya sudah terlalu tua untuk terus bolak balik meeting dengan client yang gak ada habisnya”
Sea dan papanya hanya diam,
“Lumayan kan kalau kamu kerja di perusahaan mama kamu, udah pasti sukses dan gelar sarjana mu terpakai”
Willi melihat kearah sea yang kini tampak menggenggam erat garpu ditangannya,
“Wil, anakmu ini dari pada sibuk ngamen sana sini mending disuruh les private apa gitu yang ada untungnya”
“Musik juga gak sembarangan orang bisa membuatnya Oma” potong sea
“Kuliah jurusan seni, mau jadi lulusan apa sih? Tukang ngelukis di tempat wisata? Apa nyanyi keliling gitu?”
“Liat anak kakak mama mu itu, udah kerja jadi PNS”
Sea melemparkan smirknya,
“Tapi ujungnya kenak khasus korupsikan?”
“Sea” tegur Willi
Setelah banyaknya perdebatan, sea memilih untuk pulang tanpa berpamitan dengan papa dan juga Omanya, semua api yang ada didalam tubuhnya seketika membara dengan sempurna, ditemani dengan angin malam yang dengan sempurna menyusup masuk diantara sela-sela bajunya.
Berjalan ntah kemana sea terlihat sesekali berteriak sembari melemparkan batu kearah sungai yang ada dipinggi jembatan.
“Warisan warisan warisan!!!”
“Apa hidup cuman soal warisan?”
“Gue kalau bisa milih, lebih baik jadi keluarga miskin dari pada kaya tapi otaknya cuman soal warisan!!”
Wajah sea kini tampak merah, iya ini menandakan kalau dirinya benar-benar ada dipuncak emosional, menarik nafas dalam-dalam sea meratapi langit malam dengan sinar kecil dari bintang malam hari. Indah ya itulah yang sea katakan dalam hatinya.
“Setidaknya kalau lo gak bisa bikin gue semangat atau bangga dengan pencapaian gue, tolong jangan keluarkan kata-kata sampah itu dihadapan gue. Gue cucu lo, bahkan lo nyamain gue dengan cucu lo yang udah jelas gagal menata masa depannya”
Sea terus bergumam dengan dirinya dipinggir jembatan,
Aaaaaakkkkkhhhhh~ teriaknya terakhir kali
“Kalian semua yang ada disekeliling gue cuman pemeran pembantu, gue iya gue pemeran utamanya, gue yang berhak mengatur seperti apa kehidupan yang gue inginkan!!! Sialaaaaannnn”
Angin berhembus begitu kencang, langit yang semula terang denga bintang dan bulan kini terlihat mulai gelap dan memperlihatkan cahaya kilat yang sesekali menunjukkan dirinya.
Malam itu terlewatkan begitu saja dengan amarah yang telah dilampiaskannya dengan sempurna dengan berjalan kerumah selama 3 jam disertai dengan hujan dan sambaran petir yang terus menyambar.
-The Ar Noona
Tuhan adalah pemilik skenario dan sayalah yang akan menjalaninya, tidak akan ada yang bisa merubah jalan hidup saya selain saya dan pemilik skenario hidup saya saat ini